Badung, 14 Okktober 2025 – Proyek “breakwater” atau pemecah ombak di Pantai Kuta Kabupaten Badung, Bali, rampung akhir tahun 2026. Hal ini disampakan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK) Agus Harimurti Yudhonono (AHY) saat peninjauan di Kabupaten Badung, Bali.
AHY menjelaskan pembangunan pemecah ombak dengan segera ini bertujuan demi melestarikan alam dan lingkungan serta menjaga destinasi pariwisata di sepanjang Kuta.
“Kita juga tahu sepanjang pantai Kuta ini banyak sekali destinasi pariwisata, banyak hotel, restoran, termasuk mal, yang juga makin hari makin terancam akibat mundurnya garis pantai, akibat abrasi tadi,” kata dia.
Sembari memproses pemecah ombak di Pantai Kuta, Menko AHY mengatakan, pihaknya juga mendata daerah-daerah lain di Bali yang mengalami kerentanan abrasi agar turut mendapat perhatian.
“Membangun infrastruktur tidak hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonominya, kelestarian lingkungan alam Bali ini segala-galanya karena Bali andalan kita semua, kalau terjadi bencana, aktivitas masyarakat terganggu dan juga daya rusak terhadap sektor ekonomi pariwisata, semua yang akan menanggung konsekuensinya,” ujarnya.
AHY mengatakan bahwa pengerjaan proyek pemecah ombak saat ini telah mencapai 18 persen.
“Dalam waktu yang sudah direncanakan hingga akhir tahun depan ini mudah-mudahan bisa tuntas semuanya dengan baik,” ucap Menko IPK, Senin (13/10/2025).
Menko IPK menjelaskan sejak 1980 hingga hari ini terjadi perubahan peta di Pantai Kuta, abrasi membuat pasir terus mundur 15-20 meter, dengan garis pantai yang mengalami abrasi sepanjang 5,3 km.
Dalam proyek ini akan dibangun lima pemecah ombak dengan panjang masing-masing 110 meter.
Pembangunan infrastruktur yang menelan anggaran Rp260 miliar bersumber dari kerja sama Kemenko IPK dengan Badan Kerja sama Internasional Jepang (JICA) dengan tujuan merevitalisasi bibir pantai di sepanjang Kuta, Legian, sampai Seminyak.
Setelah dilakukan riset, Kemenko IPK melihat tindakan paling tepat adalah dengan metode “sand nourishment” yaitu membentuk pemecah ombak kemudian menambah pasir.
Proses penambahan pasir juga tidak sembarang, di mana Kemenko IPK memilih pasir di Pantai Jimbaran karena karakteristiknya yang sama.
“Setelah diteliti sangat mirip karakternya dengan pasir yang ada di sepanjang Pantai Kuta ini, jadi tidak boleh hanya melihat satu sektor, tetapi juga berdasarkan penelitian, kemudian juga pengalaman di integrasikan dengan peta jalan yang sudah kita buat untuk jangka panjang,” pungkasnya.
Sumber: Antara