News

Pemerintah Genjot Reformasi Pangan, Targetkan Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia

11 Oct 2025 by Author
photo

JAKARTA, 11 Oktober 2025 – Pemerintah terus mempercepat agenda reformasi sektor pangan nasional sebagai langkah strategis menuju swasembada sekaligus mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. Hal ini ditegaskan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman usai mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Amran menyebutkan, berbagai capaian di sektor pertanian saat ini tidak lepas dari dukungan penuh Presiden Prabowo. Salah satu terobosan besar yang berhasil dilakukan adalah penyederhanaan distribusi pupuk, yang selama ini menjadi masalah utama bagi petani.

“Dulu distribusi pupuk sangat rumit, harus melalui 12 menteri, 38 gubernur, dan 514 bupati/wali kota. Kini prosesnya jauh lebih sederhana sehingga kelangkaan pupuk tidak lagi terdengar di lapangan,” kata Amran.

Berdasarkan kunjungan ke tujuh hingga delapan provinsi dalam dua pekan terakhir, Amran menyebut para petani menyampaikan rasa terima kasih karena pupuk kini sudah tersedia tepat waktu. “Dulu keluhannya sama, pupuk langka dan mahal. Sekarang alhamdulillah pupuk sudah diterima dengan baik,” ujarnya.

Selain reformasi pupuk, pemerintah juga melaksanakan program perbaikan jaringan irigasi pertanian secara besar-besaran. Program ini dijalankan melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2025 dengan target rehabilitasi dan pembangunan irigasi di lahan seluas 2 juta hektare. Perbaikan dilakukan secara terintegrasi tanpa dibatasi sekat administratif antarprovinsi maupun kabupaten.

Tak hanya itu, pemerintah juga mengakselerasi pengadaan alat dan mesin pertanian (alsintan), memperluas lahan produktif, serta meningkatkan kapasitas petani. “Mimpi terbesar kita adalah menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia,” tegas Amran.

Presiden Prabowo Subianto menekankan bahwa pemerintah menargetkan swasembada pangan, khususnya beras, dapat tercapai dalam waktu dekat. Amran optimistis Indonesia tidak lagi melakukan impor beras mulai awal 2026.

“Insya Allah, dalam 2–3 bulan ke depan Indonesia tidak impor lagi, dengan catatan tidak ada iklim ekstrem,” jelas Amran.

Optimisme itu didukung capaian produksi yang menggembirakan. Berdasarkan data BPS, produksi beras nasional hingga November 2025 mencapai 33,1 juta ton dan diperkirakan meningkat menjadi 34 juta ton pada akhir tahun.

Angka ini naik 4 juta ton dibanding tahun sebelumnya. Bahkan, menurut FAO, kenaikan produksi beras Indonesia menjadi yang kedua terbesar di dunia setelah Brasil.

Selain peningkatan produksi, pemerintah juga mencatat perbaikan kesejahteraan petani. Nilai Tukar Petani (NTP) kini mencapai 124,36, jauh di atas target pemerintah sebesar 110. Sementara harga beras mengalami deflasi 0,13 persen pada September 2025, yang merupakan pertama kali dalam lima tahun terakhir.

“Kinerja positif ini membuat kita semakin percaya diri untuk mengembangkan subsektor lain. Setelah pangan, kita akan perkuat perkebunan, hortikultura, hingga peternakan,” pungkas Amran.

Dengan serangkaian reformasi dan capaian tersebut, pemerintah yakin Indonesia berada di jalur tepat menuju swasembada dan menjadi salah satu kekuatan pangan dunia.

Scroll to Top