News

KKN 111 UINSA Adakan Program Sehat Bersama Remaja di Desa Glagah Probolinggo

23 Jul 2024 by Author
photo

Probolinggo, 21 Juli 2024, Sekelompok mahasiswa Kelompok 2 KKN 111 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, mengadakan program Sehat Bersama Remaja (SBR) guna meningkatkan kesadaran akan bahaya penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) akibat seks bebas, di Masjid Hasyim Musiri Ponpes Bumi Al-Qur’an Nurul Qadim IV, Dusun Nyato, di Desa Glagah, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo.

Kegiatan penyuluhan bertajuk 'Generasi Sadar Akan Infeksi Menular Seksual' tersebut, diadakan untuk memberikan wawasan kesehatan reproduksi kepada remaja usia produktif, dengan menghadirkan dr. Agnes Lituhayu Januardhani sebagai pemateri, yang menyampaikan bahaya pergaulan bebas dari sudut pandang ilmu kesehatan dan agama. Peserta kegiatan berjumlah 27 pemuda-pemudi yang berasal dari tiga dusun berbeda yaitu Krajan, Nyato, dan Bukolan.

“Infeksi menular seksual sangat berbahaya sekali, terutama kita-kita sebagai pemuda yang berpotensi menjadi korban dari IMS ini. Jadi IMS sebetulnya sangat dekat sekali dengan kita,” papar Agnes dalam keteranngannya, Minggu (21/7).

Pada paparannya, Agnes menerangkan, IMS merupakan penyakit kelamin yang dapat menjangkit siapa saja tanpa memperdulikan latar belakang penderitanya. “IMS sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular melalui hubungan intim lewat liang sanggama, seks oral, hingga anal,” jelasnya.

Lebih lanjut, Agnes menjelaskan, penyakit infeksi menular seksual terbagi kedalam beberapa jenis seperti Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan gejala Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), sifilis (raja singa), kandidiasis genitalis (jamur kelamin), herpes genitalis (herpes kelamin), kondiloma akuminata (kutil kelamin), trikomoniasis, dan gonorrhea.

“Gonorrhea atau kencing nanah disebabkan oleh kuman gonokukus dengan masa inkubasi selama 1-5 hari ditandai dengan rasa gatal dan keluarnya nanah pada kemaluan sehingga menyebabkan terjadinya luka pendarahan, dan akan menyebabkan kebutaan pada bayi jika terjangkit dari orangtuanya,” terangnya.

Sangat penting bagi remaja, menurut Agnes, untuk melindungi dari terjangkit penyakit infeksi menular seksual demi menyongsong generasi Indonesia Emas, dengan menerapkan sejumlah larangan untuk diri sendiri seperti menghindari seks bebas sebelum menikah, berhati-hati menangani segala hal yang tecemar dengan darah segar, mencegah pemakaian jarum suntik yang tidak steril, dan tidak lupa untuk menjaga kesehatan alat kelamin.

“Sekarang Kemenkes sudah melaporkan kasus terbaru AIDS sepanjang tahun 2023 sebanyak 16.410 kasus yang menyerang kelompok usia produktif yaitu sekitar usia 25 sampai 49 tahun sebagai kelompok umur paling banyak mengidap HIV,” papar Agnes.

Sementara itu, Kepala Desa Glagah, Abdurrahman dalam sambutannya mengaku, bahwa Ia senang dengan program yang dilaksanakan oleh mahasiswa KKN 111, Ia berharap program ini dapat dikembangkan lebih lanjut kedepannya. Karena menurutnya, para remaja di Desa Glagah membutuhkan wadah untuk mengembangkan potensi-potensi yang bersifat positif seperti di bidang kesenian, keagamaan, dan pendidikan.

“Remaja disini cuma butuh tempat untuk mengembangkan potensi mereka, tapi disini belum ada nduk,” kata Abdurahman.

Selain memberikan edukasi kesehatan reproduksi, diketahui kegiatan para mahasiswa kelompok 2 KKN 111 UINSA yang berlangsung pada Sabtu (13/7) ini juga membagikan tablet penambah darah kepada remaja perempuan untuk mencegah anemia atau kekurangan zat besi yang dapat berpotensi menyebabkan stunting dan lemahnya kekebalan tubuh.

Karena di Desa Glagah angka pernikahan dini dan stunting masih terbilang cukup tinggi, kegiatan ini disambut baik oleh warga setempat, salah satunya Ida, seorang ibu rumah tangga, Ia mengaku bersyukur dapat edukasi dari para mahasiswa KKN melalui program ini.

"Anak muda disini mikirnya ke nikah dek, jarang mikir ke arah sekolah. Ada sih, tapi tidak banyak,” terangnya.

Selain itu, di sisi lain salah seorang remaja Desa Glagah bernama Rika, yang diwawancarai juga tidak menampik maraknya pernikahan dini diantara remaja Glagah. “Anak-anak sini ya jarang mbak kalau sampai sekolah tinggi. Syukur bisa lulus SMP,” pungkas Rika.

Scroll to Top