Surabaya, 16 November 2024 – Semakin berkembangnya teknologi berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), saat ini Indonesia bersiap menghadapi tantangan era industri 5.0 yang menuju integrasi antara manusia, mesin dan masyarakat. Oleh karena itu, sebagai kampus AI, Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (STTS) bekerja sama dengan Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengadakan Institute of Electrical and Electronics Engineer (IEEE) Industrial Society Day 2024, Sabtu (16/11/2024), di Kampus Institut STTS.
Rangkaian acara ini adalah final lomba IEEE, yang terdiri dari dua macam lomba yaitu, Paper and Poster Competition dan Business Case Competition. Lalu dilanjut dengan seminar yang menghadirkan berbagai pembicara yakni, Ketua IES Indonesia Chapter, Prof. Mauridhi Hery Purnomo, yang membahas peran AI dalam Industri 5.0 dan Associate Professor Esther Irawati Setiawan sekaligus sebagai Women Ambassador IEEE IES, yang memberikan perspektif tentang transformasi agen AI berbasis edge computing yang mampu mengatasi tantangan industri modern.
Selain itu, juga turut dihadiri Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur (Kadiskominfo Jatim) Sherlita Ratna Dewi Agustin. Dalam keterangannya, Sherlita menyampaikan terkait komitmen pemerintah dalam mendukung penerapan Industri 5.0. “Saya mengapresiasi kegiatan ini karena memang kesadaran akan teknologi sangat dibutuhkan. Di sektor pemerintahan, khususnya di Jatim juga sudah mulai menerapkan program berbasis elektronik. Dengan harapan bisa mempercepat layanan kepada masyarakat, salah satunya dari kami adalah kehadiran Klinik Hoaks,” ujar Sherlita.
Sementara itu, sebagai salah satu pembicara dalam kegiatan, Associate Professor Institut STTS Esther menjelaskan, kolaborasi antara berbagai pihak untuk memaksimalkan manfaat teknologi AI itu penting. “Industri 5.0 komponennya banyak sekali, dari masyarakat, pemerintah, hingga layanan masyarakat. AI dapat membantu menyelesaikan tugas-tugas manusia yang repetitif melalui agen pintar yang mampu berkolaborasi,” ujar Esther.
Menurut Esther, acara ini menunjukkan bagaimana kolaborasi antara teknologi dan manusia dapat menciptakan perubahan positif. "Industri 5.0 adalah tentang bagaimana teknologi menjadi mitra manusia, bukan menggantikannya. Kompetisi pada kegiatan ini menantang peserta untuk menawarkan solusi konkret terhadap masalah-masalah yang relevan dengan UN Sustainable Development Goals atau SDGs,” tukasnya.
Di sisi lain, Ketua Panitia Penyelenggara, Darren Susanto menerangkan, pada kegiatan ini, hal yang menarik ialah, para peserta tidak hanya berasal dari Indonesia, tetapi juga Malaysia dan Singapura. “Total peserta mencapai 130 orang. Yang hadir hari ini adalah finalis dari ITS, ITB, serta beberapa universitas luar negeri. Ide-ide mereka sangat inovatif,” ungkap Darren.
Teknis pelaksanaan lomba, Darren memaparkan, untuk business case, peserta diminta mengembangkan ide startup yang dapat mengatasi isu kemiskinan. "Sementara itu, paper competition fokus pada riset yang mendukung solusi berbasis teknologi,” papar Darren.
Mengakhiri acara ini, kegiatan ditutup dengan mengumumkan dan menyerahkan penghargaan kepada pemenang kompetisi, yakni, tiga tim terbaik dalam kategori business case dan tiga tim dalam kategori paper competition.