Washington DC, Kamis 13 November 2025 - Dilaporkan sedang membangun pangkalan militer di perbatasan Jalur Gaza, Gedung Putih menepisnya dengan mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) saat ini tidak berminat untuk melakukannya
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan bahwa laporan dari salah satu media adalah berdasarkan asumsi dari selembar dokumen yang ditafsirkan secara berbeda oleh media itu
“Laporan itu hanya didasarkan pada selembar dokumen, berupa permintaan informasi dari seseorang di Departemen Angkatan Laut tentang sebuah ide yang mungkin terjadi di masa depan,” ujar Leavitt di hadapan media pada hari Rabu (12/11)
Lebih lanjut Leavitt menjelaskan, “Namun, reporter tersebut menafsirkannya sebagai rencana resmi dan memberitakan seolah-olah Amerika Serikat tengah mempertimbangkannya. Saya sudah memeriksa langsung ke tingkat tertinggi pemerintah federal Amerika Serikat.”
“Ini buka sesuatu yang diminati atau sedang dilakukan oleh Amerika Serikat saat ini. Presiden sangat jelas bahwa ia tidak ingin melihat pasukan darat terlibat dalam situasi di Timur Tengah. Kami telah mencapai kemajuan besar dalam rencana perdamaian di Gaza, dan kami ingin proses itu terus berlanjut,” pungkasnya
Sebagai informasi, pada Selasa (11/11), harian Yedioth Ahronoth merilis berita tentang rencana AS membangun pangkalan militer besar di wilayah dekat perbatasan Jalur Gaza, dengan perkiraan biaya mencapai US$500 juta (sekitar Rp8,3 triliun)
Dalam laporannya, harian itu menulis bahwa pangkalan tersebut dirancang untuk menampung beberapa ribu personel dan berfungsi sebagai markas untuk Pasukan Stabilisasi Internasional (ISF). Pasukan ini kabarnya akan dibentuk untuk mengawasi implementasi perjanjian gencatan senjata di Gaza
Pejabat Israel yang dikutip surat kabar tersebut menyebutkan bahwa pendirian pangkalan skala besar ini akan menjadi fasilitas militer AS skala besar pertama di wilayah Israel
Laporan tersebut kemudian diberitakan secara luas oleh media internasional pada Rabu (12/11)