KULON PROGO, 2 November 2025 – Di tengah tantangan besar mewujudkan ketahanan pangan nasional yang adil dan berkelanjutan, sekelompok penyandang disabilitas di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, membuktikan bahwa kemandirian bisa tumbuh dari tangan siapa saja.
Lewat olahan tempe benguk dan keripik bergizi “Mucuna Chips”, kelompok difabel Santika menghadirkan inspirasi tentang kedaulatan pangan berbasis potensi lokal.
Program pemberdayaan ini lahir dari kolaborasi Kelompok Difabel Kalurahan (KDK) Santika dan BSI Maslahat melalui pilar Mitra Umat yang berfokus pada penguatan UMKM dan desa. Dukungan pelatihan, sarana produksi, dan akses pemasaran membuat para anggota KDK Santika mampu mengelola usaha secara mandiri.
Hasilnya, pendapatan rata-rata penerima manfaat meningkat dari Rp1,27 juta menjadi Rp1,45 juta per bulan, sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri di tengah keterbatasan.
KDK Santika berdiri pada 2022 dan mulai mengembangkan produk berbahan biji koro benguk pada 2023. “Santika” sendiri merupakan singkatan dari Sanajan Alpita Nir Tikel Ing Kaliagung, yang berarti meski memiliki kekurangan, tetap bermanfaat bagi sesama. Filosofi itu menjadi semangat para anggota kelompok yang kini berjumlah 10 keluarga dengan 34 jiwa.
Salah satu motor penggeraknya adalah Aris Widayanti, yang memulai riset sederhana tentang olahan benguk sebelum mengajak rekan-rekan difabel untuk berproduksi bersama.
“Alhamdulillah, teman-teman difabel bisa memproduksi dengan lebih baik dan hasilnya konsisten dari hari ke hari,” ungkap Aris bangga.
Melalui pendampingan BSI Maslahat, benguk diolah menjadi tempe dan keripik bergizi dengan cita rasa khas. Proses perebusan, peragian, hingga penggorengan dilakukan oleh tangan-tangan terampil para difabel.
Produk mereka kini dikenal dengan merek Mucuna Chips, camilan renyah yang bukan hanya lezat, tapi juga sarat nilai sosial.
Kisah Sukirdi: Semangat Tak Pernah Pudar
Salah satu penerima manfaat, Sukirdi (57), menjadi wajah nyata dari dampak program ini. Ia kehilangan kemampuan berjalan sejak kecil akibat kecelakaan, namun semangatnya untuk mandiri tak pernah surut.
“Saya merasa bangga dan tergugah. Melalui Mucuna Chips, saya bisa membantu keluarga dan membuktikan bahwa kami para difabel juga bisa mandiri,” ujarnya penuh semangat.
Kini, Sukirdi tidak hanya mendapatkan penghasilan, tetapi juga kembali menemukan harga diri dan ruang untuk berkarya.
Biji koro benguk dikenal kaya protein nabati dan menjadi alternatif sumber pangan bergizi yang mudah dibudidayakan. Pemanfaatannya berperan penting dalam mengurangi ketergantungan pada bahan impor serta memperkuat rantai pasok pangan lokal — sejalan dengan semangat Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, sebelumnya juga menegaskan pentingnya inovasi dan keberagaman produksi pangan.
“Ketahanan pangan tidak cukup hanya dengan ketersediaan. Kita butuh benih unggul, inovasi berkelanjutan, dan pangan bergizi yang mudah dijangkau seluruh masyarakat,” katanya dalam keterangan yang dikutip dari Suaramerdeka.com.
Lebih dari sekadar program ekonomi, gerakan ini memperlihatkan bagaimana inovasi lokal dan inklusivitas sosial bisa menjadi kunci ketahanan pangan nasional.