Washington DC, 14 Oktober 2025 - Setelah mengancam China dengan tarif tambahan baru sebesar 100 persen, Presiden Donald Trump menyatakan keyakinannya kalau hubungan AS dengan China akan baik-baik saja
Melansir dari Antara, berbicara kepada media di dalam pesawat kepresidenan untuk lawatannya ke Mesir dan Israel pada Minggu (12/10), Trump mengaku punya hubungan yang sangat baik dengan Presiden Chian Xi Jinping,
“Dia (Presiden Xi) orang yang sangat tangguh. Dia orang yang sangat cerdas. Dia pemimpin hebat bagi negaranya,” ujar Trump sembari menambahkan bahwa tarif tambahan akan tetap diberlakukan. “Ya untuk saat ini. Tetapi kita lihat saja nanti!”
lebih lanjut ia menambahkan bahwa bagi banyak orang tanggal pemberlakuan (1 November) terasa cepat, tetapi bagi buat Trump tanggal tersebut ‘terasa seperti waktu yang lama’. Sebuah ungkapan yang mengisyaratkan bahwa AS membuka ruang dialog dengan China untuk mengurangi ketegangan
Dihari yang sama, Trump mengunggah melalui Truth Social yang meminta publik tidak perlu khawatir soal China. Hal tersebut ia ungkap sebagai respon terhadap anjloknya indeks saham utama AS usai pengumuman pemberlakuan tarif pada Jumat lalu
Sebagai informasi, pada hari Jumat (10/10), Trump secara tiba-tiba mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif tambahan sebesar 100 persen terhadap barang-barang impor dari China
Langkah keras ini diambil sebagai balasan terhadap tindakan China yang dianggap “sangat agresif,” terutama setelah Beijing memperketat kontrol ekspor atas mineral tanah jarang (rare earth elements). Mineral ini merupakan komponen penting dalam industri teknologi tinggi, pertahanan, dan elektronik AS
Tarif tambahan tersebut akan berlaku efektif mulai 1 November 2025, dan akan ditambahkan ke tarif 30 persen yang sudah ada sebelumnya, menjadikan total tarif yang dikenakan mencapai 130 persen. Selain tarif, Trump juga mengancam akan memberlakukan pembatasan ekspor AS atas perangkat lunak strategis
Pengumuman ini segera memicu kekhawatiran akan pecahnya kembali perang dagang jilid dua antara dua ekonomi terbesar dunia
Sementara itu, China merespons dengan menyebut langkah AS sebagai standar ganda, dan membalas dengan mengenakan biaya khusus untuk kapal-kapal AS yang berlabuh di pelabuhannya.